Galaksi
2
Biru
menghela nafas. Ia sekarang sendiri di rumah. Kakek nya sedang pergi ke kantor
RW, ada undangan rapat kata nya. Biru berjalan mondar- mandir dari kamar nya,
lalu ke ruang tengah, ke dapur, lalu ke ruang tengah lagi, dan akhir nya ia ke
teras rumah. Ia memandang ke sekeliling nya. Sepi. Pagi itu tak banyak orang
yang lalu lalang.
Ia mengempaskan badan nya di kursi teras. Ia sangat
bete hari itu. Tak ada yang bisa dikerjakan satupun. Ia sudah mencoba
melanjutkan membaca autobiografi Mohammad Hatta, “Untuk Negeriku”
Yang dibagi
kedalam tiga buku. Satu buku sudah ia selesaikan beberapa minggu yang lalu. Dan
sekarang, ia sedang membaca buku kedua “Berjuang Dan Dibuang.”
Sayang
nya, ia sedang bosan. Akhir nya buku itu hanya ia baca sekilas. Lalu ia letakan
kembali di rak. Belum terpikikan lagi apa yang bisa dikerjakan oleh Biru saat
itu. Ia semakin kesal karena sudah dari jam delapan pagi tadi ia tak
menghasilkan apapun. Hanya menonton Televisi, lalu tidur- tiduran.
Ternyata
libur tak selama nya menyenangkan seperti yang diharapkan saat sedang sibuk.
Banyak pr jauh lebih menarik seperti nya.
Hanya suara pesawat terbang yang terdengar melintasi
langit diatas rumah Biru. Langit pun mendung. Kelabu. Seakan mendukung suasana
yang sedang kering. Hawa dingin sedikit memberi hiburan pada Biru. Paling
tidak, ada sesuatu yang mengganggu nya dari kesendirian.
“TENG
TENG!”
Biru Kaget. Ini suara apa sih yang ganggu?!, pikir
Biru.
Ia bangkit dari tempat duduk nya, lalu mencoba
menerka arah sumber suara tadi. Ia berjalan perlahan menuju ruang tengah. Hmm... seperti nya tak mungkin dari sini.
Hanya ada telepon rumah saja yang mungkin berbunyi. Tak tak mungkin seperti
yang tadi. Akhir nya, berjalan sedikit masuk ke kamar nya.
Oh..ternyata handphone Biru yang bunyi.
Ia mengambil handphone nya, sambil duduk di kursi
meja belajar nya. Ternyata ada pesan dari Wayne di Line.
Wayne: “Hei,
bosen nih.”.
Lalu, biru mengetik pesan balasan.
Biru: sama. Joget gangnam aja gitu ya di depan rumah
biar tetangga pada keluar. Jadi seru tuh kaya nya.
Beberapa detik kemudian, Wayne menjawab.
Wayne: “Gila.....
sekalian aja bikin konser”
“Btw, emang
nya lo kenapa?”
Biru:
“Kakek lagi pergi ke kantor RW. Ada rapat. Jadi sendiri deh...”
Wayne:
“Ohh...”
Biru: “Lha,
lo sendiri emang nya kenapa bosen?”
Wayne:
“sama... keluarga gw pada pergi semua.”
Biru meletakan
handphone nya di meja, lalu memandang ke jendela. Sebenar nya, ada sebuah
perasaan yang aneh dalam hati Biru.
Kesendirian,
kekosongan, dan semua hal yang tak
penting. Disaat tak ada seorang pun berada disisi kita, terkadang kita selalu
berbicara pada diri sendiri. Sekedar bercanda pada diri sendiri mengenai hal
bodoh yang sudah kita lakukan disaat bersama banyak orang, mengomentari orang-
orang yang tak sepaham dengan kita, bercerita tentang orang yang kita kagumi
diam- diam.
Sampai, merenung pada
diri sendiri. Semua itu, hanya bisa dilakukan saat kita sedang sendiri. Duduk
tenang, sambil ditemani secangkir teh hangat. Duduk di tempat dimana kita bisa
memperhatikan banyak orang yang lalu lalang mengurusi masalah mereka. Dan
tertawa sendiri tampa orang lain tahu apa sebab nya.
Kesendirian, tak selama
nya suram tak bernyawa. Kadang, banyak orang yang kesal hanya duduk diam.
Karena terbiasa dengan melimpah nya rutinitas. Sampai, ia melupakan
kesenangan untuk merenung.
Biru lalu mengambil
handphone nya lagi, ternyata saat ia melamun tadi tampa ia sadar Wayne sudah
mengirimkan banyak pesan.
Biru: Eh, sorry lamaa ga dijawab. Abis ngelamun nih.
Wayne: Ngelamunin apa sih?
Biru: mmm... engga. Cuma, kaya nya sendiri disini ga ada
orang ada seru nya juga
Wayne: Lho? Tadi kata nya bosen?
Biru: Engga juga sih. Tapi sadar ga. Kita suka ngomong sama
diri sendiri, bicara tentang ini dan itu. Kadang cerita tentang hal- hal yang
ga bisa kita ceritain sama orang lain. Menerka- nerka kalau kejadian yang udah
terjadi ternyata engga pernah terjadi bakal gimana... dan seterus nya. Lo
nyadar ga?
Ada jeda sejenak. Wayne
tak langsung membalas pesan dari Biru. Mungkin ia sedang berfikir. Seperti
biasa, Biru sudah tahu bagaimana gelagat teman nya yang satu ini kalau sudah
diajak bicara serius. Pasti ia akan berfikir cukup lama untuk menjawab setiap
pertanyaan. Wayne memang orang yang unik, pikir Biru. Tiba- tiba, handphone
Biru berbunyi kembali. Biru buru- buru membuka chat nya tadi.
Wayne: Memang, engga selama nya suasana sepi itu muram. Ada
kala nya sepi itu perlu. Nama nya juga hidup, semua nya harus seimbang.
Biru beranjak dari tempat
duduk nya, lalu merebahkan badan nya di tempat tidur. Walau kadang sendiri itu
terasa menyebalkan, tapi ternyata ada sisi yang lain dari nya.
“Biruuu!” ada seseorang berteriak dari depan rumah
nya.
“ Kenapa pintu rumah terbukaaa?! Kamu dimana?!”
Ternyata kakek nya juga sudah kembali dari rapat.
Biru langusng bangkit dari rebahan nya, dan berlari ke arah pintu rumah.
Ia baru sadar tadi lupa menutup pintu saking
penasaran nya dengan suara yang membuat ia kaget saat sedang melamun di depan!
-FN-
14.12.12
Saat sedang sendiri, bosan, dan kehabisan ide. Akhir
nya dari kekeringan itu dapat juga ide untuk cerita ini... :)
Ayo baca galaksi sebelum nya : Dust Of Stars: Rehat
Ayo baca galaksi sebelum nya : Dust Of Stars: Rehat
blog diarinya puitis2 gmn gitu hihi
BalasHapushahaha... Makasih :)
Hapusbagus nih lau dibukuin..
BalasHapusAminn...
Hapussaya suka tokohnya, unik dan khas. biru dan wayne!
BalasHapusMakasih banyaakkk :D
HapusBagus bang, hasil dari inspirasi tiba-tiba. hhehe
BalasHapusudah lama ga berkunjung X3 (always just read Xd)
BalasHapusSugoi Izumiwa Fukino-san Xd
*itu mh kebiasaan saya.hhe~*
Kesepian itu penting. Ide muncul saat sepi. Tapi sepi yang di temani rasa tenang yah, bukan yang disertai galau. Hihihihi..
BalasHapusApa Biru punya blog juga? karna ada blog birubicara.blogspot.com loh :) mampir ya..
(blogwalking kali ini nemu cerita biru. seneng banget aku)