Narator Pembual
ia memperhatikan hadirin yang terpesona dengan bualan dari mulut nya
Ia tersenyum menang, ia berkata:
Aku menang! aku berhasil mengelabui mata mereka!
Sekali lagi ia tersenyum picik, mengelus -elus tangan nya yang terlumuri
oleh air peluh yang tak berhenti meneteskan Hitam nya kehidupan
Mata nya sudah kering, kering melihat betapa indah nya bumi yang ia pijak kini
menyangka Bumi ini milik nya seorang, Ia telah merasa menang
Dikala ada hadirin yang menyarakan isi hati nya
Ia tersentak, air muka nya berubah menjadi liar
Dikala ia dilawan oleh hadirin
Ia mengamuk, tak sudilah ia dilawan orang lemah tak bernyawa
Narator sampai kini tak kunjung usai membual
Di depan hadirin, Di panggung sandiwara.
Teringatlah ku pada negeri ini
Yang penuh sesak dengan narator pembual
Yang tak punya muka
Yang sudi di perbudak oleh harta
-FN-
Note:
Puisi yang tersirat dengan spontan.. entah kenapa tiba- tiba ingin menulis seperti ini.. ahahaha.
kalau memang puisi ini terlihat rada ngawur, Biarin ya... nama nya juga Spontanitas :D
Tersirat saat sedang mencoba menulis Naskah Drama Sunda. Yang sampai saat ini masih dalam bentuk sketsa, atau tepat nya sih masih belum beres :) Doa kan supaya bisa lancar nulis naskah drama sunda nya ya... tapi masih kendala di bahasa sih.heuheuheuheu... saya tak terlalu jago bahasa sunda. Walau berdomisili di Kota Parahiangan, atau Bandung. Tetap saja itu tidak mempengaruhi Skill berbahasa Sunda saya. Malah, kalau ada orang yang ngomong sunda...saya lebih sering bengong engga ngerti apa yang di omongin..
Hiah, Parah ya saya ini...
Mungkin kawan lebih jago berbahasa sunda?
mungkin bisa bantu saya? hehehehe.. *ngarep
Ah...saya bukan tipe puitis..Jadi tidak begitu mengerti,he~ ^^a
BalasHapus