Senin, 17 Desember 2012

Dust Of Stars: Sendiri

Galaksi 2
        
Biru menghela nafas. Ia sekarang sendiri di rumah. Kakek nya sedang pergi ke kantor RW, ada undangan rapat kata nya. Biru berjalan mondar- mandir dari kamar nya, lalu ke ruang tengah, ke dapur, lalu ke ruang tengah lagi, dan akhir nya ia ke teras rumah. Ia memandang ke sekeliling nya. Sepi. Pagi itu tak banyak orang yang lalu lalang.



Ia mengempaskan badan nya di kursi teras. Ia sangat bete hari itu. Tak ada yang bisa dikerjakan satupun. Ia sudah mencoba melanjutkan membaca autobiografi Mohammad Hatta, “Untuk Negeriku”
 Yang dibagi kedalam tiga buku. Satu buku sudah ia selesaikan beberapa minggu yang lalu. Dan sekarang, ia sedang membaca buku kedua  “Berjuang Dan Dibuang.”


Sayang nya, ia sedang bosan. Akhir nya buku itu hanya ia baca sekilas. Lalu ia letakan kembali di rak. Belum terpikikan lagi apa yang bisa dikerjakan oleh Biru saat itu. Ia semakin kesal karena sudah dari jam delapan pagi tadi ia tak menghasilkan apapun. Hanya menonton Televisi, lalu tidur- tiduran. 

Ternyata libur tak selama nya menyenangkan seperti yang diharapkan saat sedang sibuk. Banyak pr jauh lebih menarik seperti nya.

Hanya suara pesawat terbang yang terdengar melintasi langit diatas rumah Biru. Langit pun mendung. Kelabu. Seakan mendukung suasana yang sedang kering. Hawa dingin sedikit memberi hiburan pada Biru. Paling tidak, ada sesuatu yang mengganggu nya dari kesendirian.


“TENG TENG!”


Biru Kaget. Ini suara apa sih yang ganggu?!, pikir Biru.


Ia bangkit dari tempat duduk nya, lalu mencoba menerka arah sumber suara tadi. Ia berjalan perlahan menuju ruang tengah.  Hmm... seperti nya tak mungkin dari sini. Hanya ada telepon rumah saja yang mungkin berbunyi. Tak tak mungkin seperti yang tadi. Akhir nya, berjalan sedikit masuk ke kamar nya.
Oh..ternyata handphone Biru yang bunyi.

Ia mengambil handphone nya, sambil duduk di kursi meja belajar nya. Ternyata ada pesan dari Wayne di Line.

Wayne: “Hei, bosen nih.”.

Lalu, biru mengetik pesan balasan.

Biru:  sama. Joget gangnam aja gitu ya di depan rumah biar tetangga pada keluar. Jadi seru tuh kaya nya.

Beberapa detik kemudian, Wayne menjawab.

Wayne: “Gila..... sekalian aja bikin konser”
“Btw, emang nya lo kenapa?”

Biru: “Kakek lagi pergi ke kantor RW. Ada rapat. Jadi sendiri deh...”

Wayne: “Ohh...”

Biru: “Lha, lo sendiri emang nya kenapa bosen?”

Wayne: “sama... keluarga gw pada pergi semua.”

Biru meletakan handphone nya di meja, lalu memandang ke jendela. Sebenar nya, ada sebuah perasaan yang aneh dalam hati Biru.

Kesendirian, kekosongan,  dan semua hal yang tak penting. Disaat tak ada seorang pun berada disisi kita, terkadang kita selalu berbicara pada diri sendiri. Sekedar bercanda pada diri sendiri mengenai hal bodoh yang sudah kita lakukan disaat bersama banyak orang, mengomentari orang- orang yang tak sepaham dengan kita, bercerita tentang orang yang kita kagumi diam- diam.


Sampai, merenung pada diri sendiri. Semua itu, hanya bisa dilakukan saat kita sedang sendiri. Duduk tenang, sambil ditemani secangkir teh hangat. Duduk di tempat dimana kita bisa memperhatikan banyak orang yang lalu lalang mengurusi masalah mereka. Dan tertawa sendiri tampa orang lain tahu apa sebab nya.

Kesendirian, tak selama nya suram tak bernyawa. Kadang, banyak orang yang kesal hanya duduk diam. Karena terbiasa dengan melimpah nya rutinitas. Sampai, ia melupakan kesenangan  untuk merenung.



Biru lalu mengambil handphone nya lagi, ternyata saat ia melamun tadi tampa ia sadar Wayne sudah mengirimkan banyak pesan.

Biru: Eh, sorry lamaa ga dijawab. Abis ngelamun nih.

Wayne: Ngelamunin apa sih?

Biru: mmm... engga. Cuma, kaya nya sendiri disini ga ada orang ada seru nya juga

Wayne: Lho? Tadi kata nya bosen?

Biru: Engga juga sih. Tapi sadar ga. Kita suka ngomong sama diri sendiri, bicara tentang ini dan itu. Kadang cerita tentang hal- hal yang ga bisa kita ceritain sama orang lain. Menerka- nerka kalau kejadian yang udah terjadi ternyata engga pernah terjadi bakal gimana... dan seterus nya. Lo nyadar ga?


Ada jeda sejenak. Wayne tak langsung membalas pesan dari Biru. Mungkin ia sedang berfikir. Seperti biasa, Biru sudah tahu bagaimana gelagat teman nya yang satu ini kalau sudah diajak bicara serius. Pasti ia akan berfikir cukup lama untuk menjawab setiap pertanyaan. Wayne memang orang yang unik, pikir Biru. Tiba- tiba, handphone Biru berbunyi kembali. Biru buru- buru membuka chat nya tadi.

Wayne: Memang, engga selama nya suasana sepi itu muram. Ada kala nya sepi itu perlu. Nama nya juga hidup, semua nya harus seimbang.


Biru beranjak dari tempat duduk nya, lalu merebahkan badan nya di tempat tidur. Walau kadang sendiri itu terasa menyebalkan, tapi ternyata ada sisi yang lain dari nya.

“Biruuu!” ada seseorang berteriak dari depan rumah nya.
“ Kenapa pintu rumah terbukaaa?! Kamu dimana?!”

Ternyata kakek nya juga sudah kembali dari rapat. Biru langusng bangkit dari rebahan nya, dan berlari ke arah pintu rumah.


Ia baru sadar tadi lupa menutup pintu saking penasaran nya dengan suara yang membuat ia kaget saat sedang melamun di depan!




-FN-
14.12.12

Saat sedang sendiri, bosan, dan kehabisan ide. Akhir nya dari kekeringan itu dapat juga ide untuk cerita ini... :) 

Ayo baca galaksi sebelum nya : Dust Of Stars: Rehat


9 komentar:

  1. blog diarinya puitis2 gmn gitu hihi

    BalasHapus
  2. saya suka tokohnya, unik dan khas. biru dan wayne!

    BalasHapus
  3. Bagus bang, hasil dari inspirasi tiba-tiba. hhehe

    BalasHapus
  4. udah lama ga berkunjung X3 (always just read Xd)
    Sugoi Izumiwa Fukino-san Xd
    *itu mh kebiasaan saya.hhe~*

    BalasHapus
  5. Kesepian itu penting. Ide muncul saat sepi. Tapi sepi yang di temani rasa tenang yah, bukan yang disertai galau. Hihihihi..
    Apa Biru punya blog juga? karna ada blog birubicara.blogspot.com loh :) mampir ya..
    (blogwalking kali ini nemu cerita biru. seneng banget aku)

    BalasHapus