Minggu, 10 Februari 2013

Jalan Dihadapan Ku

Image I got from this site! klik it!

Sekarang, jalan sudah seperti kerajaan tampa nama. Sebuah kerajaan yang sangat terselubung. Dimana raja- raja nya berkeliaran disana. Persis, dengan kendaraan mereka.


Saya juga sebenar nya tidak mengerti kenapa bisa- bisa nya ada orang yang merasa bahwa jalan miliki mereka sendiri. Seakan jalan yang ramai dan sangat penuh, bagaikan sebuah jalan mati yang lengang. Mereka pun seakan memiliki jiwa  cadangan. Kalau- kalau mereka tak berhasil melalui jalan.


Trotoar, sekarang lebih mirip dengan kayu bambu yang di tidur kan. Yang melewati nya seakan harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh. Tak hanya itu, pohon sudah bagaikan arena halang rintang bagi pejalan kaki. Dan... yang lebih menggelikan lagi. Ada saja orang yang meletakan pot besar di tengah trotoar. Niat nya mau memperindah kali ya... Tapi itu malah menjadi arena olah raga baru.... 


Yang lebih aneh nya lagi, ada saja raja yang melewati trotoar dengan kendaraan nya. Mungkin cerita nya mereka ingin ikut berolah raga ria. Namun yang ada, mereka malah mengusik pejalan kaki. Sebagai "rakyat" mereka.

Suara kalkson pun dibunyikan ketika ada yang menghalangi jalan mereka. Malah, ada yang enak saja melewati pejalan kaki. Mungkin mereka menggap pejalan kaki sebagai boneka. Kalaupun tersenggol dikit, paling hanya lecet. 

Sesudah itu? 
Peduli amat.


Kalau ada yang melawan? Mereka malah balik melawan. Mungkin mereka sudah menganggap jalan sebagai tempat ajang debat yang murah. Mata mereka mulai membesar. Urat- urat mata nya mulai ada yang pecah, dan menodai mata mereka. Yang telah menguning.

Seakan mereka tak malu dengan badan mereka sendiri. 
Mungkin urat malu nya sudah konslet.


Dan sekarang, saya pun bertanya- tanya. Memang nya orang- orang yang memberikan surat izin mengemudi itu tidak memberikan tes kejiwaan dulu pada mereka? Sehingga raja- raja itu bisa menari- nari di atas jalan kelabu dengan indah nya? Dan ketika ada yang terseruduk... mereka pun tak peduli. Dan kembali menari.


Seakan- akan "rakyat" mereka memang benar- benar sekedar boneka tak bernyawa.



Saya, sebagai boneka jalanan. Mungkin ketika saya mencoba berjalan, dan tiba- tiba mereka datang dihadapan saya. Hanya terdiam saja. Ketika bola mata itu muali membesar dan menunjukan perasaan nya. Dan kembali lanjut berjalan.

Menganggap mereka adalah sekumpulan raja tampa badan.


-FN-

10.02.13



5 komentar:

  1. 'raja jalanan' semacam itu layak naik tahta menjadi RAJA SINGA =)))))

    BalasHapus
  2. kenapa ya orang-orang yang berada di jalanan terutama yang sedang mengendarai emosinya gampang sekali tersulut. nyenggol dikit aja udah emosi padahal gak pa-pa, gak ada yang lecet dan dirugikan. merasa dirinya memiliki kepentingan yang paling penting ketika menggunakan jalanan umum. ngebut seenaknya

    BalasHapus
  3. Gw kadang kalo sore macet total, suka bawa motor di trotoar hihihihi

    BalasHapus
  4. Kalau dalam peribahasa Minang, raja-raja yg berkeliaran di jalan ini, Barajo dalam ati, artinya egois, mangkak, dan tak memperhitungkan kehadiran orang lain...

    BalasHapus
  5. kl kayak gitu paling kasian para pejalan kaki

    BalasHapus