Minggu, 01 Juli 2012

A Glass Of Fruit Salad

Pagi- pagi sekali, gadis kecil sudah bersiap pergi ke beberapa tempat untuk mendapatkan bahan membuat salad buah. Sebuah makanan kesukaan kakek nya. Hari ini, kakek nya berulang tahun. Ia ingin meracik dan mendapatakan buah nya sendiri. Tampa ada yang membantu.


Di pagi yang dingin itu, gadis kecil menyambangi satu tempat dimana buah strawberry dan blueberry tumbuh dengan lebat. Tempat nya di dekat pintu masuk hutan. Sesampai nya di tempat itu, gadis kecil mulai memilih buah yang besar. Sesekali ia mencicipi buah nya untuk memastikan bahwa buah yang ia ambil memang manis. Setelah mendapatkan pilihan, ia memasukan buah itu ke dalam keranjang yang ia bawa.


Setelah memetik buah, gadis kecil berjalan menuju rumah paman Dim. Ia pergi ke rumah paman Dim karena di di rumah nya ada beberapa pohon apel yang sedang berbuah lebat. Ia hanya ingin meminta satu buah saja. cukup untuk membuat secangkir salad buah, pikir gadis kecil. Sesampai nya di rumah paman Dim, gadis kecil langsung menyambangi pintu masuk rumah yang cukup besar itu. Lalu mengetuk pintu. Tak berapa lama kemudian muncul dari balik pintu paman Dim. Ia tersenyum ramah. Gadis kecil langsung menyampaikan tujuan nya datang ke sana.




Mendengar niatan gaadis kecil membuat kejutan kecil untuk kakek nya, paman Dim menjadi terharu. Ia buru- buru pergi ke taman belakang rumah nya untuk memetik beberapa apel yang masih segar. Lalu memberikan nya kepada gadis kecil. Paman Dim memberikan buah yang lumayan banyak. Tetapi gadis kecil menolak buah apel yang banyak itu. Dia hanya mau satu buah. Itu sucah cukup bagi nya. Paman Dim  tetap memaksa, gadis kecil tetap bersikukuh dia hanya ingin satu buah. Akhir nya, paman Dim menyerah. Dengan menahan air mata paman dim menyerahkan satu buah apel pada gadis kecil.

Setelah mendapatkan apel, gadis kecil berterima kasih dan tersenyum pada paman Dim. Lalu, ia pamit pergi. Meninggalkan paman Dim yang masih berdiri kaku di depan pintu rumah nya.





Gadis kecil dengan riang menyusuri jalan setapak menuju persinggahan terakhir nya, pasar buah. Ia ingin membeli buah jeruk dengan sedikit tabungan yang ia miliki. Yang berasal dari celengan ayam yang ia pecahkan semalam.
Sesampai nya di pasar, ia langsung menuju tukang buah jeruk. Ia berjalan agak cepat karena di buru waktu. Ia membeli dua buah jeruk. Satu untuk dikupas dan diracik bersama buah lain menjadi salad, dan yang satu di biarkan saja untuk di hidangkan. Sengaja, ia tahu kakek nya juga suka dengan buah jeruk yang disajikan begitu saja.


Setelah mendapatkan buah jeruk, gadis kecil langsung buru- buru pulang. Harap- harap cemas kakek nya supaya jangan dulu bangun dari tidur nya. Untung nya semalam kakek nya keasyikan membaca novel klasik sehingga tidur agak larut malam.




Tiba- tiba, ia kaki nya terjerembab ke dalam lubang kecil di jalan. Hingga ia jatuh. Dan buah- buahan nya pun berhamburan keluar dari keranjang. Melihat buah- buahan nya berhamburan di jalan, gadis kecil dengan cepat mengambil satu persatu buah itu. Agar tidak  terlalu kotor terkena debu di jalan. Selepas sampai di rumah nanti akan ia cuci buah- buahan itu.


Gadis kecil kembali lari- lari kecil, sambil memegangi keranjang dengan erat. Tak memakan waktu lama, ia sampai juga di rumah nya. Sebelum masuk, ia mencoba memastikan tak ada suara orang didalam. Setelah yakin, ia masuk dengan mengendap- endap. Ia menutup pintu tampa suara. Ia berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan kakek nya. 



Ia berjalan menuju dapur. Sesampai nya di dapur ia langsung menggunakan peralatan yang sudah ia siapkan sebelum berangkat tadi. Pisau, sebagai komponen utama sudah berada dalam genggaman nya. Alas untuk memotong sudah terbaring di meja. Sebelum memotong buah, ia mencuci terlebih dahulu buah yang sudah ia ambil tadi dengan air mengalir. Agar kotoran yang menempel bisa hilang dengan bersih. Lalu, ia mengeringkan nya dengan mengelapkan kain bersih ke seluruh tubuh buah itu.


Setelah kering, ia mulai memotong buah. Pertama, ia memotong buah strawberry dan blueberry yang ia ambil dengan potong dua. Kedua, ia memotong setengah dari buah apel secara dadu. Dan sisa setengah nya lagi ia letakan di piring kecil untuk di sandingkan bersama buah jeruk. yang terakhir, ia mengupas buah jeruk lalu tidak memotong nya sama sekali. Ia hanya memisahkan anak buah di dalam kulit itu satu persatu. Lalu, ia meletakan jeruk yang satu lagi di samping potongan buah apel yang berada di atas piring kecil hijau. Serasi dengan cangkir salad nya.

Seselesai nya memotong buah, gadis kecil langsung memasukan nya satu persatu ke dalam cangkir hijau. Ia masukan secara campur kedalam gelas itu. Ia tidak menambahkan saus ke dalam salad nya karena memang ia tahu kakek nya tak suka dengan saus. Ia hanya suka dengan salad yang berisi buah saja. Tak ada campuran lain.

Lalu gadis kecil meletakan cangkir dan piring kecil hijau itu di atas meja makan. Tepat nya, di tempat duduk biasa kakek nya berada. Di meja makan kecil itu, yang kapasitas nya cukup untuk dua orang saja. Gadis kecil menata meja dengan anggun.  Ia meletakan cangkir hijau di sebelah piring kecil tadi.  Di depan nya, ia letakan sebuah kartu ucapan yang di lipat dua, sehingga kertas nya bisa berdiri menghadap orang yang duduk di tempat itu.



Gadis kecil itu lalu duduk di salah satu kursi, dan menatap cangkir dan piring kecil yang sudah ia tata tadi. “Karin? kamu disini rupa nya? tadi kakek ke kamar tidur kamu engga ada.”  tiba- tiba kakek sudah muncul di depan pintu mengagetkan Karin. “eh..Kakek..? Sudah bangun?”  tanya Karin gelagapan. “ya sudah lah. kalau belum kenapa kakek ada disini?” kata Kakek nya sambil terkekeh. “iya juga ya..ahahaha”
“Nah, tadi kamu dari mana? kakek cariin tapi kamu engga ada. Lho, itu diatas meja ada apa?” Kakek nya sambil mencoba melihat ke meja yang ada di belakang Karin. “Ehm….” lalu Karin berdiri dari tempat duduk nya. Dan langsung menerjang kakek nya, dan memeluk nya. 


Seraya berkata “ Happy Birthday My grandpa….I give it special for you..” Karin semakin erat memeluk kakek nya. Dan tersenyum.


Kakek tak bisa banyak berkata. Ia masih kaget dengan apa yang ia lihat. Akhir nya, ia membalas memeluk erat Karin. “Thanks…Thank you….”  Dan tampa disadari, ada bulir- bulir bening yang turun mengalir dari pelupuk mata kakek  Karin.


-FN-
9.38


Note:
Ukh….I can’t say anything :’)

13 komentar:

  1. Cerita tentang Seorang kakek lagi.... Tema favorit saya :)

    BalasHapus
  2. luar biasa ceritanya,bener sarat makna,,bahasanya juga oke banget (ngomong2 anak sastra ya??),hehe
    keep writing sist..:)

    mampir ke EPICENTRUM
    juga ya,,makasih..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih :) saya bukan anak sastra..hanya seneng aja sama novel.

      Ok,sama- sama :D

      Hapus
  3. perhatian, sekecil apapun, memberikan kesan yang mendalam, seperti yang kakek rasakan.

    Mohon maaf, ada beberapa kata yang penulisannya perlu dibenahi, seperti dikupas ( bukan di kupas ), diracik ( bukan di racik ).

    Tetap semangat menulis, saya sendiri masih harus terus belajar menulis cerpen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, perhatian memang memberikan kesan yang mendalam...

      Oh iya, makasih atas koreksi nyaa :) akan saya perbaiki...

      Terima kasih... Semangat!! :D

      Hapus
  4. ini cerpen atau apa mas??
    Gadis kecilnya kayanya sayang banget sama kakeknya... bnyak bnget buah2annya yg diambil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerpen :) Ya begitulah... jadi kangen sama kakek saya...

      Hapus
  5. well, inilah sebuah keluarga.. selalu memberikan warna.. :)

    BalasHapus
  6. ada kata2 "langsung menerjang kakeknya" , klu ditempatku itu kesannya mau marah atau menendang :)
    btw nice story trs kembangkan bro :)

    BalasHapus
  7. postingan yang bagus... cerita yang bagus... :)

    BalasHapus
  8. bagus sekali cerita nya ya :D

    BalasHapus
  9. bagus loooo rizz
    ah kangen mbah dikampung halaman deh
    terlalu lama jadi perantauan nih

    aduh jadi pengen makan buah deh laper *salah fokus mendadak*

    BalasHapus
  10. Hehe minta izin minjem bahan buat tugas bahasa Indonesia,hhe XP

    BalasHapus