Kamis, 07 Juni 2012

Hal Yang Terlewatkan

Image from Tumblr!

Malam ini saya berjalan- jalan dari satu blog ke blog lain nya untuk mendapatkan hal baru ntuk saya tulis. Saya agak tersendat saat menulis tadi. Ya, faktor internal atau mungkin memang saya yang kurang membaca jadi kurang dapat ide.

Dan akhir nya saya berlabuh di blog milik Dewi Lestari. Ya..memang sudah lama tidak update. Tapi, Blog itu seperti harta karun yang bisa di jamah oleh semua orang. Dewi lestari memang seorang pengamat yang baik. Ya..bisa terbaca kok dari tulisan nya yang selalu penuh dengan detail yang cantik.

Saya membaca beberapa tulisan nya di blog itu, hampir semua post nya penuh dengan komentar. Dan akhir nya saya sampai juga disalah satu post nya yang berjudul "Merindu Dunia Mungil". Dalam postingan tersebut Dewi Lestari menuturkan tentang beberapa permainan masa kecil nya. Mulai dari bermain 'restoran- restoranan',' koran- koranan', sampai yang paling bertahan lama kata Dewi Lestari adalah 'Orang- Orangan'.
'Orang- orangan' ini dimainkan oleh Dee dengan saudara nya. Sebuah permainan yang menarik. Menggunakan baterai sebagai orang- orangan nya. Dan membedakan setiap orang nya dengan karet rambut yang diikatkan. Ia dan saudara nya membuat rumah- rumahan dari buku- buku yang ditumpuk sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah bangunan. Ya..seperti permainan boneka dengan rumah- rumahan yang sekarang sering dimainkan anak- anak perempuan.


Tapi, ada satu hal yang paling membuat saya suka dengan post ini. Begini kata Dewi Lestari dalam post nya,

"Saya tersadar betapa saya merindukan dunia mungil itu. Dunia yang bisa diteropong hanya kalau menggunakan mata ‘orang-orangan’. Mata yang sempat begitu terlatih. Mata yang mengajarkan saya untuk menjadi seorang pengamat. Mata yang mengajarkan saya untuk menjadi seorang penulislis."


Mungkin karena permainan masa kecil nya itulah, ia menjadi seorang pengamat yang baik. Bukti nya? bisa kita baca di setiap tulisan nya. Penuh dengan detail menawan yang selalu membawa kita hanyut kedalam tulisan itu.

Mungkin ini yang tidak saya sadari selama ini. Mengamati pun sebenar nya adalah bagian dari menulis.  Entah mengamati semut- semut yang berjejer di dinding mencari gula- gula yang bertebaran di sela- sela toples. Mengamati tikus- tikus malam yang berlarian saat saya menangkap basah dia sedang bersembunyi dibalik saluran pembuangan. Mengamati jarum jam yang terus berputar mengitari angka- angka sampai baterai nya habis.
Semua itu bagian dari kehidupan. Mungkin tidak hanya mengamati, mendengarkan pun pasti termasuk didalam nya. 

Mengamati dan mendengarkan menjadi dua komponen utama. Ya.. saya memang terlalu cuek kali ya dengan sekeliling saya sehingga saya sering terkena penyakit blockwritting. Atau pun terlalu tergesa- gesa ingin menyelesaikan membaca suatu tulisan sehingga banyak kosa kata penting yang terlewatkan. 
Dan, seperti nya saya terlalu percaya bahwa saya telah mendengarkan setiap cerita dari sahabat semua dengan baik.


Ada benar nya juga kalau menulis itu mirip seperti kita menjadi daun yang tergenang di sungai. Terbawa arus yang kadang kuat atau lemah. Terdesak bebatuan ataupun ranting yang patah dari pepohonan di pinggir sungai. 
Selalu ada persinggahan. Persinggahan dimana kita bisa bertemu dengan hal remeh yang sebenar nya mengajarkan kita hal besar. Persinggahan dimana semua hal yang tak bisa ditemukan bisa ditemukan.

Semua nya mengalir, entah arus nya kuat atau tidak. Entah ada dorongan atau tidak. Yang tampa saya sadari semua hal remeh yang ada di mata saya adalah sebuah ide yang berharga. Yang terlewat begitu saja oleh hal- hal yang sebenar nya tak terlalu penting.


-Fizi-




8 komentar:

  1. kadang pengalaman masa kecil itu memang selalu memiliki kesan tersendiri ya :D

    BalasHapus
  2. begitulah selalu saja ada hal yang indah diantrapa pengalaman masa lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya.. pengalaman masa lalu memang menyenangkan jika diingat kembali

      Hapus
  3. sering kita sibuk mencari ide kesana kemari padahal ia sudah ada di depan mata. dibutuhkan latihan , salah satunya termasuk pengamatan agar bisa menjadi peka menangkap pelajaran dari setiap kejadian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, saya sering mengalami nya. ah..memang harus latihan lagi.. :)

      Hapus
  4. Ya terkadang memang kita membutuhkan pancingan dari orang lain untuk menulis ya... yang penting bagaimana kita memahami tulisan orang lain dan mencernanya bukan menjadi plagiat .
    kalo berkenan Kunjung balik ke blog saya mas ,heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya.. bukan hanya memahami, bagaimana juga menikmati setiap kata yang ada di setiap tulisan :)

      Hapus
  5. Mulai sekarang dija mau belajar menulis juga om...

    BalasHapus